Makalah Tauhid Sebagai Dasar Kehidupan


 Tauhid Sebagai Dasar Kehidupan

Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas

Mata kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu: Ahmad Muzakkil Anam, M.Pd.I.



Nama Anggota Kelompok 3:

Ratrira Shada R.          (196111035)

Vina Feldiana              (196111052)

Silvi Anggraini NH.       (196111056)

Rahmatika Nur A.       (206111121)

 

JURUSAN SASTRA INGGRIS

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2021

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.           Latar Belakang

Dalam agama Islam terdapat beberapa ilmu yang perlu dipelajari oleh setiap umatnya. Baik ilmu yang berkaitan dengan tata cara beribadah kepada Allah, ilmu yang berhubungan dengan aqidah atau keimanan, serta ilmu yang menjadikan hati bersih dan ilmu aqidah merupakan salah satu ilmu penting yang harus dipahami oleh setiap umat Muslim untuk wawasan bagi setiap umat Muslim bagaimana cara meningkatkan keimanan dalam beragama. Salah satu ilmu aqidah yang penting untuk dipelajari adalah tauhid.

Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Allah kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah yang merupakan dasar agama kita yang mulia ini.

B.           RUMUSAN MASALAH

1.   Bagaimana Hakikat dan macam-macam Tauhid dalam agama Islam?

2.   Bagaimana urgensi Tauhid dalam kehidupan?

3.   Bagaimana pengaruh Tauhid dalam kehidupan umat Islam dan manfaatnya?

4.   Apa saja hal-hal yang bertentangan dengan Tauhid dan yang dapat merusak Tauhid?

5.   Bagaimana penerapan Tauhid sebagai dasar Ideology?

C.      TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk mengetahui hakikat Tauhid dan urgensi dalam memahaminya.

2.      Mengidentifikasi pengaruh dan manfaat Tauhid bagi kehidupan beragama Islam.

3.      Menghindari hal-hal yang dapat merusak Tauhid dan bertentangan dengan Tauhid bagi umat Islam.

4.      Melengkapi tugas kelompok mata kuliah Metodologi Studi Islam.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Hakikat Tauhid dan Macam-Macam Tauhid dalam agama Islam

A.1      Hakikat Tauhid

Kata tauhid merupakan mashdar dari fi’il wahhada yuwahhidu tauhidan. Tauhid merupakan akar kata yang menunjukkan pengesaan, dimana hakikat Tauhid adalah mengesakan Allah dan menafikan keberadaan sekutu pada hak dan kekhususan Allah. Tak ada sesuatu apa pun yang berserikat dalam kekhususan-Nya, tidak pula berserikat dalam hak-Nya yang wajib ditunaikan oleh para hamba.

Sebagaimana firman-Nya yang ada pada Surah An-Nisa ayat 36 yang berarti “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” Adanya perintah untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Yang demikian itu, karena Allah adalah al-Haq/sesembahan yang benar, adapun segala yang mereka seru/sembah selain-Nya adalah batil.” (QS. al-Hajj: 62). Allah ta’alaberfirman (yang artinya), “Dan ilah (sesembahan) kalian adalah ilah yang satu. Tidak ada ilah yang benar selain Dia. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 163).

A.2      Macam-macam Tauhid

            Secara sederhana Tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Ulluhiyyah, dan Tauhid Asma’wa Sifat.

Tauhid Rububiyah

Tauhid rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala perbuatan-Nya, seperti menciptakan dan mengatur alam semesta, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya dan manfaat, memberi rizqi dan semisalnya. Allah Ta’alaberfirman (yang artinya) “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam” (Q.S. Al-Fatihah: 1) Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Engkau adalah Rabb di langit dan di bumi” (Mutafaqqun ‘Alaih).

 

Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam ibadah, seperti berdoa, bernadzar, berkurban, shalat, puasa, zakat, haji dan semisalnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-Baqarah : 163) Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Maka hendaklah apa yang kamu dakwahkan kepada mereka pertama kali adalah syahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah” (Mutafaqqun ‘Alaih). Dalam riwayat Imam Bukhari, “Sampai mereka mentauhidkan Allah”.

       Tauhid Asma’ wa Sifat

Tauhid asma’ was shifat adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan apa yang telah disifati oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al-Quran atau yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam As-Sunnah yang shahih tanpa takwil (menyelewengkan makna), tanpa tafwidh (menyerahkan makna), tanpa tamtsil (menyamakan dengan makhluk) dan tanpa ta’thil. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S. Asy-Syuura: 11)

B.    Urgensi Tauhid

Urgensi tauhid dalam kehidupan muslim sangat besar pengaruhnya, yaitu sebagai dasar utama yang dibangun di atasnya seluruh ajaran Islam. Periode dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW di Makkah menegaskan betapa tauhid sangat penting pengaruhnya. Ayat-ayat Alquran yang diturunkan Allah pada fase itu fokus utamanya berbicara tentang tauhid. Generasi sahabat, mereka yang dibina Rasulullah SAW adalah manusia-manusia yang bertauhid, yang tidak dijumpai di permukaan bumi ini sebelum dan sesudahnya.

Tauhid mampu mengubah manusia menjadi manusia yang perilakunya sesuai dengan keinginan Allah SWT. Mungkinkah kita menjadi orang yang bertauhid seperti yang diinginkan? Dengan berdoa dan memohon taufik dari-Nya Insya Allah kita bisa mencapai ke arah itu minimal pemahaman tauhid kita tidak melenceng dari rambu-rambu yang ditetapkan Allah.

Semua itu memerlukan pemahaman akan Tauhid yang benar dan berasal dari sumbernya yang autentik yaitu Alquran dan Sunah serta kitab-kitab tauhid yang diakui keabsahannya oleh ulama-ulama Islam dahulu dan sekarang. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar dari sumber ilmu yang autentik, maka perlu merujuk kepada pemahaman generasi teladan umat yaitu generasi salaf. Kelurusan dan keteladanannya dalam beragama dan berakidah tidak diragukan lagi karena mereka mewarisi apa yang telah diajarkan Rasulullah saw.

Allah SWT telah memberikan penilaian terhadap generasi tersebut akan keteladanan dan keutamaannya dari umat-umat atau generasi-generasi lainnya. Allah SWT telah berfirman dalam Q.S. Ali Imran ayat 110 yang artinya:

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf (baik) dan mencegah kepada yang mungkar (jahat) dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110).

Demikian juga sabda Rasulullah SAW yang artinya:

“Sebaik-baik generasi ialah generasiku (generasi yang seiman dengan Rasulullah SAW yang dalam hal ini adalah sahabat RA), kemudian generasi sesudah mereka (generasi yang belajar Islam dari sahabat Nabi, dalam hal ini disebut generasi tabi’in), kemudian generasi yang sesudah mereka (generasi yang belajar Islam dari tabi’in, dalam hal ini disebut generasi tabi’it tabi’in) kemudian setelah itu datang pula kaum-kaum yang persaksiannya mendahului sumpahnya (yakni sudah banyak orang yang tidak bisa dipercaya sehingga memberi kesaksian dan sumpah tanpa diminta dan kesaksian serta sumpahnya itu palsu).” (HR Bukhari).

Banyak sekali sumber-sumber rujukan ilmu agama yang telah diwariskan oleh generasi kaum salaf. Dan juga generasi sesudahnya yang mengikuti jejaknya yang lurus dan dapat dipercaya.  Akan tetapi di antara pemahaman yang lurus itu telah muncul pula pemahaman yang menyimpang yang menyebabkan umat Islam ini berpecah-pecah atau bergolong-golongan. Dengan memahami persoalan tersebut, maka kita sadar bahwa setiap Muslim perlu mencari dan mendapatkan pemahaman agama yang benar dan lurus yang tidak dibelokkan oleh kaum yang bodoh dan menuruti hawa nafsunya serta kepentingan kelompoknya. Hanya atas petunjuk dan pertolongan Allah sajalah kita dapat mengikuti jejak Rasulullah SAW dalam beribadah kepada-Nya.

C.    Pengaruh Tauhid Terhadap Umat Islam dan Manfaatnya

Tauhid memiliki banyak pengaruh dalam kehidupan nyata, berikut adalah beberapa pengaruh tauhid dalam kehidupan umat muslim.

Pertama, orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya pasti tahu mengapa Allah SWT menciptakannya sehingga ia berada di atas jalan yang lurus, ia mengetahui dari mana awal dan ke mana akhir hidupnya, jauh dari kebutaan dan kesesatan.

أَفَمَن يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّن يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?” (QS. Al-Mulk: 22).

Kedua, tauhid menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang satu, satu kitab, satu risalah, dan satu kiblat, dan iman juga menjadikan manusia saling mencintai dan bersaudara seperti firman Allah SWT:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujuraat: 10).

Masyarakat beriman adalah masyarakat yang melakukan ta’awun (saling bekerja sama) dalam kebaikan dan takwa di mana anggota masyarakatnya saling melarang dari perbuatan dosa dan permusuhan, semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah, individunya merasa takut untuk berbuat zalim, mencuri, menipu, membunuh, berzina, menyuap atau menerima suap, berdusta, dengki, ghibah atau perbuatan jahat lain karena ia takut kepada Allah dan takut kepada hari di mana ia harus berhadapan dengan Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya.

Ketiga, bila iman telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan amal shalih yang diridhai Allah SWT sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-musuh mereka.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

D.     Hal-hal yang Bertentangan dan Dapat Merusak Tauhid

a.      Syirik.

Syirik yaitu menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah pada apa yang menjadi kekhususan Allah. Yang dimaksud dengan penyamaan di sini adalah semua bentuk kesekutuan, baik Allah menyamai yang lain pada kesekutuan itu, maupun Allah melebihinya. Secara khusus syirik yaitu menjadikan sesuatu selain Allah sebagai Tuhan yang disembah dan ditaati di samping Allah. Menurut Yusuf Qardhawy dalam bukunya Hakikat Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, Syirik adalah menjadikan sesuatu sebagai sekutu Allah dalam hal-hal yang merupakan hak murni Allah. Seperti menjadikan Tuhan atau beberapa Tuhan selain Allah yang disembah, ditaati, dimintai pertolongan, dicintai atau lainnya.

b.     Kufur.

Kufur dalam Bahasa Arab berarti menutupi. Dalam terminologi syariat, kufur berarti mengingkari suatu bagian dari ajaran Islam di mana tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal atau tidak sempurna. Pendapat lain mengatakan, kufur adalah menolak kebenaran setelah mengetahuinya. Ini berarti bahwa orang yang menolak kebenaran dan berbuat kufur karena kebodohannya, serta menganggap bahwa dia telah melakukan sesuatu yang tidak bertentangan ajaran Islam dan tidak membatalkan iman, maka orang yang demikian tidak dianggap kufur, kecuali bila telah sampai kepadanya keterangan yang hak, tetapi ia masih tetap menolaknya, maka ia telah berbuat kufur.

c.      Nifaq.

Nifaq adalah menampakkan apa yang sesuai dengan kebenaran, dan menyembunyikan apa yang bertentangan dengannya. Jadi, siapa saja yang menampakkan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran di depan orang banyak, padahal kondisi batin atau perbuatannya yang sebenarnya tidak demikian, maka dialah yang disebut munafik. Kepercayaan atau perbuatannya disebut nifaq.

d.     Murtad.

Istilah murtad jika dimaknai secara umum merupakan perbuatan yang mengingkari, meninggalkan agama Islam dan ajarannya, kemudian berpindah dari agama Allah SWT ke agama lain, misalnya Nasrani atau Yahudi tanpa ada paksaan dan memang atas kesadarannya sendiri (Yusuf Qadhawy,1998: 55). Islam tidak pernah memaksa setiap individu untuk masuk ke dalamnya namun tidak seharusnya Islam menjadi bahan permainan dengan keluar masuknya aliran kemurtadan yang menjalar sehingga merusak kemurnian ajarannya dan menyebarkan bid’ah syayiah untuk mempengaruhi akidah umat Islam.

E.    Tauhid Sebagai Dasar Ideologi

Segala benda yang terdapat di dunia dari sekecil-kecilnya sampai kepada yang setinggi-tingginya semuanya dicipta dan di bawah pengaturannya. Semua makhluk bernyawa di dunia ini (hewan, dan manusia) adalah hamba yang senantiasa tunduk kepadaNya.  Dialah pencipta dan Dialah yang memberikan kuasa untuk berfikir, menbuat keputusan, memilih keinginan dan sebagainya kepada semua makhluk-Nya. Pandangan ini merupakan satu pandangan dasar yang penting mengenai prinsip-prinsip pemikiran (praktikal) dalam Islam (ldeologi Isiam).

Ilmu Tauhid menurut Al-Qur’an bukanlah satu konsep yang abstrak dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ia merupakan suatu pengertian yang membina, ia iuga adalah satu jalan pemikiran yang memainkan peranan dan yang berkesan dalam pembangunan dan pentadbiran (penciptaan/ pembentukan) sesuatu masyarakat. Ia memberi definisi kepada tujuan dan strategi kemasyarakatan, ilmu Tauhid ialah salah satu asas dalam prinsip ideologi Islam.

Ketergantungan dunia dan manusia kepada Allah membuat dunia ini dicipta untuk sesuatu tujuan. Ia juga menunjukkan tanggungjawab itu untuk membolehkan manusia memilih jalan yang Iurus dan mana manusia harus menggunakan kebebasannya berfikir dan untuk memilihnya.

Mengenai prinsip Ilmu Tauhid, manusia tidak mempunyai hak untuk menyembah atau mentaati siapa pun selain Allah. Pengabdian dan kepercayaan kepada Allah memberikan makna dan disini ruh Ilmu Tauhid baru boleh dikatakan sebagai “Ketaatan” hanya kepada Allah semata.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Arti tauhid diketahui sebagai ilmu yang mempelajari tentang sifat keesaan Allah. Di mana Allah itu satu Dzat yang memiliki segala kesempurnaan dan tidak ada satu pun yang bisa menggantikannya. Selain itu, arti tauhid juga dipahami sebagai sikap meyakini bahwa Allah Maha Suci yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun, seperti yang dimiliki oleh makhluk hidup ciptaannya. Bukan hanya itu, mempelajari arti tauhid juga termasuk meyakini kebenaran seluruh ajaran Allah yang diturunkan dan disebarkan oleh para Rasul-Nya.

Tauhid terbagi menjadi 3 macam, yaitu Tauhid Rububiyah (mentauhidkan Allah dalam segala perbuatan-Nya), Tauhid Uluhiyah (mengesakan Allah dalam ibadah), dan Tauhid Asma’ was Shifat (menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan apa yang telah disifati oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al-Quran atau yang telah ditetapkan oleh Rasulullah).

Urgensi tauhid dalam kehidupan muslim sangat besar pengaruhnya, yaitu sebagai dasar utama yang dibangun di atasnya seluruh ajaran Islam. Tauhid mampu mengubah manusia menjadi manusia yang perilakunya sesuai dengan keinginan Allah SWT. Hal-hal yang bertentangan dengan tauhid antara lain, syirik, kufur, nifaq, dan murtad.

Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa ilmu tauhid menjadi dasar pedoman dalam ajaran Islam. Ilmu inilah yang akan membantu manusia menetapkan aqidah-aqidah keagamaan melalui dalil atau aturan yang jelas. Di samping itu, orang yang mampu menerapkan arti tauhid dengan baik dalam kehidupan, maka akan menjadi individu yang ikhlas dalam menerima setiap ketentuan Allah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENUTUP

 

            Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentu nya masih banyak kekurangan dan kelemahan nya, kerena terbatas nya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan nya dengan judul makalah ini.

            Kami banyak berharap kepada Bapak/Ibu dosen atau teman teman yang membaca makalah ini agar memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan di penulisan makalah berikut nya.

            Semoga makalah ini berguna bagi kami, teman teman, ataupun para dosen yang membacanya.

            Wassalamualaikum wr. wb.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

            Mohd Teh, Kamarul Shukri. 2008. Pengantar Ilmu Tauhid. Selangor: Dar Ehsan

            Qardhawy, Yusuf. 1998. Hakikat Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan. Jakarta : Robbani

Press.

            Hanafi, Hassan. 2000. Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, Perbandingan. Jakarta: Penerbit Universitas.

            Sumanti, S. T. 2015. Dasar-Dasar Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.

0 comments:

Post a Comment

Let's do comment on comment box ! \(´▽`)/ If you find any mistakes in here ヘ(^_^ヘ) contact me via Buku Tamu or you also can tell me via comment, please VFriends !! (˘ε˘ʃƪ)

Newer Post Older Post Home
Powered by Blogger.

Translate my blog in ur language \(ˆ▽ˆ)/

Popular Posts of My Blog

Followers

Blog Archive

Who Am I ?


Recent Comments